Janda Miskin Ini Bertahan Hidup Digubuk Tak Layak Huni. (Raja Umar/GoAceh.co)
ACEH BARAT -Masyitah (32) seorang janda warga Desa Lueng Tengku Yah, Kecamatan Woyla Induk, pedalaman Kabupaten Aceh Barat hanya dapat termenung meretapi hidup bersama putrinya semata wayangnya Juwita (9) tinggal dirumah gubuk berukuran 4x4 tanpa dengan kondisi tak layak huni, karena sebagian atap yang terbuat dari daun rumbia telah rontok dan dinding papan reyok di makan usia.“Sudah lama kondisi rumah saya seperti ini dan belum sanggup saya perbaiki karena tak punya biaya“, kata Masyitah saat di temui wartawan beberapa hari lalu di rumahnya.Masyitah mengaku hidup menjada sejak putrinya berusia satu tahun karena ditinggal suami yang tak pernah kembali sampai saat ini. Sehari-hari perempuan janda di pedalaman Kabupaten Aceh Barat ini hanya bekerja sebagai kuli penderes sawit dan bekerja di sawah orang saat musim panen, namun hasil dari kerja kerasnya itu hanya cukup untuk kebutuhan biaya hidup sehari-hari bersama putrinya. “kerja sehari hari menderes sawit dan kalau musim panen turun ke sawah orang, penghasilan pas-pasan untuk makan sehari-hari”, katanya.Selain menderes sawit dan kuli di sawah orang saat musim panen, Masyitah juga mengandalkan pendapatan untuk kebutuhan biaya pendidikan anaknya yang masih duduk dikelas IV Sekolah Dasar (SD) it dari hasil sejumlah pohon pinang yang berada di sekitar pekarangan rumah gubuknya. Pun demikian belakangan ini ia mengaku mulai kesulitan untuk memberikan jajan untuk anaknya Juwitasaat pergi ke sekolah.“anak saya sering tidak sekolah karena tidak ada jajan, karena untuk ke sekolah harus berjalan kaki sekitar satu kilo lebih dari rumah, kalau tidak pergi ke sekolah anak bantu-bantu saya bekerja mengutip dan kupas pinang di rumah” ujarnya Meski hidup dalam serba keterbatasan, Masytah tetap semangat untuk terus berjuang menafkahi dan menyekolahkan putrinya Juwita (9) seperti anak-anak lain seusianya kampung, karena anaknya itu punya cita-cita kelak menjadi seorang guru.“anak saya cita-cita ingin menjadi guru, tapi belum tau apakah nanti saya mampu untuk mebiayai sekolahnya hingga kuliah”, jawab Juwita dengan penuh keraguan.Rumah gubuk juwita yang berukuran 4x4 itu ternyata juga tidak memiliki MCK sepertinya layaknya rumah-rumah warga lain, selama ini ia mengaku hanya menumpang mandi dan untuk kebutahan air sehari-hari menumpang dari rumah tetangganya.“tidak ada MCK, selama ini menumpang dirumah tetangga, kalau ada hujan saya tampung air hujan untuk kebutuhan sehari-hari” katanya.Janda miskin dan tangguh ini hanya berharap ada pihak dermawan atau pemerintah setempat yang mau mringankan untuk biaya perbaikan rumahnya telah reyot dan tak layak huni itu, sehingga anaknya dapat belajar dan istirahat dirumah dengan tenang.“kalau hujan tergenang air di dalam, saya belum sanggup memperbaiki jangankan untuk buat rumah untuk rekining listrik dua ampere saja ini sudah menunggak lima bulan, biasanya saya bayar tiga bulan sekali 70 sampai Rp. 100.000”, ujarnya.
Sumber_GOACEH.CO
Artikel keren lainnya: