Di desa yang terdiri dari 20 dusun dengan jumlah 4.050 Kepala Keluarga (KK) ini masih banyak yang masuk kategori miskin.
Gua Pindul menjadi sebuah objek wisata yang dibanjiri wisatawan
setiap akhir pekan atau saat liburan. Nilai perputaran uang di destinasi
ini tidak main-main karena mencapai miliaran rupiah.
Sebagai gambaran, di tahun lalu ada 143.553 pengunjung dengan nilai
retribus Rp1,4 miliar. Jumlah ini hanya terlihat dari pendapatan
retribusi, sementara jika ditambahkan dengan nilai jasa antar masuk gua
akan lebih besar lagi karena setiap pengunjung dikenakan bea masuk
Rp35.000.
Desain pemberdayaan masyarakat digadang-gadang mampu meningkatkan
kesejahteraan warga masyarakat di Desa Bejiharo, Karangmojo. Potret
kemiskinan di desa ini bisa dilihat dari banyaknya keluarga penerima
beras untuk warga miskin.
Dari jumlah KK yang ada, sebanyak 1.702 keluarga di antaranya
merupakan keluarga yang rutin menerima raskin (sekarang menjadi beras
sejahtera) setiap bulannya.
Bahkan jika ditilik lebih jauh lagi, sejak 2011 lalu jumlah penerima
raski di desa itu malah terus bertambah. Awanya jumlah penerima raskin
hanya 1.672 keluarga, namun sejak 2014, penerimanya bertambah menjadi
1.702 KK.
Sekretaris Desa Bejiharjo, Subarjono pun mengakui, saat ini
perkembangan pariwisata di Gua Pindul masih dinikmati segelintir orang
saja. Kondisi inilah yang menjadikan di desa dengan 20 dusun ini masih
banyak warga miskinnya.
“Belum bisa merata, karena masih ada ketimpangan terutama mereka yang tinggal jauh dari lokasi,” kata Subarjono.
Dia mencontohkan, untuk pemandu masuk gua masih didominasi oleh orang
di sekitar lokasi. Sedangkan yang tinggal jauh, baru dibutuhkan sebagai
pemandu saat tenaga di sekitar lokasi sudah tidak ada. “Mereka baru
dibutuhkan saat-saat tertentu,” ulasnya.
Sumber/Harianjogja.com