Nama Dahlan Konop mungkin tak masuk jajaran pahlawan nasional Indonesia. Tapi ia adalah satu dari sekian prajurit yang turut berjuang mengusir penjajah di Tanah Air. Hingga 70 tahun usia kemerdekaan Indonesia, tak sekali pun penghargaan negara atas jasanya ia terima. Sebaliknya, Dahlan harus hidup berkutat kemiskinan.
Kebun seluas 500 meter persegi itu ditanami beberapa jenis tanaman. Pisang, ubi kayu, dan semangka. Sesosok tubuh ringkih tengah memaras ilalang di sela-sela tanaman. Tiap kali hendak mengubah posisi, ia tampak kesulitan. Tubuh tua itu memang mulai bungkuk.
Dahlan Konop, nama pemilik tubuh ringkih itu, baru berhenti memaras saat mendengar suara kendaraan roda dua mendekat. Ia tampak sedikit terkejut menyambut kedatangan tamu yang tanpa pemberitahuan sebelumnya.
“Silakan, ke sana saja.” Sepasang tangannya yang kurus memberi petunjuk agar Malut Post (Grup JPNN) menunggunya di gubuk samping kebun.
Gubuk itu milik Dahlan juga. Rumah panggung tersebut dibangun sebagai tempat peristirahatan kala tengah menggarap kebun.
Jaraknya sekitar 3 kilometer dari tempat tinggal Dahlan di Desa Wewemo Kecamatan Morotai Timur, Kabupaten Pulau Morotai. Dari hasil kebun yang tak seberapa ini, ia dan istrinya bertahan hidup,
Sumber/JPPN.com